Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Selasa, 23 Februari 2016

RW 13
DULU, SEKARANG DAN YANG AKAN DATANG
Oleh: Naryono (RT 01)


Enam belas tahun lalu saat akad kredit rumah berlokasi di Desa Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, yaitu Perumahan Bumi Kencana Asri (belakangan dikenal dengan nama Perumahan Dharmais), yang terpikir saat itu adalah punya rumah dengan harga terjangkau, berkualitas dan mempunyai akses kereta sebagai sarana transportasi paling murah dan mudah menuju ke tempat kerja. Akses kereta api menjadi pertimbangan penting, mengingat jarak yang cukup jauh antara tempat  kerja yang di Jakarta dengan rumah di Bogor.

Kira-kira enam bulan setelahnya, rumah idaman tersebut telah kami tempati meskipun aliran listrik belum ada. Untuk memenuhi kebutuhan listrik, para penghuni meminta tolong penduduk setempat  agar mau berbagi stroomnya dengan bayaran sesuai kesepakatan. Nah, tentang berbagi stroom ini ada cerita menarik, karena yang butuh stroom lebih dari satu rumah, maka pemilik stroom mem-paralel-kan alirannya menggunakan seutas kabel, tiap-tiap rumah dijatah 100 watt. Jika ada sepuluh rumah yang minta dialiri stroom, maka jumlah total kebutuhan stroom sebanyak 1.000 watt. Rupanya pemilik stroom tidak menyadari kuota listriknya yang hanya 900 watt, jika pada malam hari sepuluh rumah plus satu rumah pemilik stroom serentak menyalakan lampu dan televisinya, seketika itu pula terjadi pemadaman massal pada sebelas rumah. Akhirnya si pemilik stroom memotong quota listrik menjadi 50 watt per rumah. Energi sebesar itu hanya cukup untuk menyalakan 3 buah lampu. Jadilah perumahan Dharmais saat itu perumahan yang remang-remang  namun romantis dan mengingat perumahan dihuni oleh mayoritas keluarga muda yang masih kuat dan bersemangat, hal itu tidak menjadi masalah malah menambah gairah. Terbukti saat ini lingkungan perumahan banyak sekali anak-anak.

Seiring berjalannya waktu, dari tahun ke tahun perkembangan lingkungan internal maupun eksternal perumahan semakin pesat. Lingkungan sekitar perumahan yang tadinya banyak kebun jambu, kebun singkong dan sawah,  sekarang berubah menjadi rumah dan toko (saya kadang khawatir, sebentar lagi kita akan impor jambu biji dan singkong dari Bangkok). Memang, lingkungan perumahan jadi ramai, banyak toko dan kios, mau nyari apa saja ada dan dekat. Tengah malam perut lapar, tinggal ngegas motor ke warung nasi uduk mpok  Ipeh, rokok habis saat ronda malam, bapak-bapak tinggal melangkahkan kakinya ke kios bang Haris yang buka 24 jam. Dulu waktu tahun pertama tinggal, rokok habis harus nyari ke Cilebut, itupun gak boleh lebih dari jam 19.00, selewatnya tanggung sendiri kalau gak bisa pulang, karena takut harus melalui pemakaman umum yang di tikungan itu. Jika dulu orang telat pulang karena harus nyari / nunggu barengan (biar ada temannya kalau pas lewat kuburan), sekarang orang telat pulang karena kebanyakan barengan alias jalanan Cilebut sudah macet  tingkat dewa.

Di lingkungan perumahan,  pelan tapi pasti fasilitas sosial dan fasiltas umumnya  saat ini bisa dikata sangat memadai. Fasos fasum untuk kesehatan jasmani dan rohani tersedia lengkap, fasos fasum untuk balita sampai manula juga ada, fasos fasum persiapan menuju kubur sampai tanah kuburanpun ada. Bahkan fasum yang tidak dipunyai komplek perumahan mewah sekalipun -mewah beneran bukan mepet sawah-, yaitu TPS 3 R kita sudah punya . Tinggal bagaimana kita sekarang menjaga dan memelihara keseluruhan fasos fasum tersebut agar tetap pada harkatnya hingga anak cucu kita dapat turut menikmati.

Namun, lengkapnya fasos fasum di lingkungan Perumahan Dharmais, tidak akan ada artinya jika masing-masing warga tidak saling menjaga hati, saling menghargai, saling menghormati dan saling bersilaturahim dalam rangka menjaga suasana perumahan yang nyaman dan sejuk. Sarana untuk bersilaturohim antar warga secara rutin telah difasilitasi oleh pengurus RT maupun RW, baik yang formal (rapat-rapat RT RW) maupun non formal berupa kelompok-kelompok pengajian, ronda malam dan lain sebagainya. Jalinan erat tali silatorahim antar warga dapat diyakini sebagai salah satu solusi masalah kemananan lingkungan perumahan. Jika tiap-tiap warga saling mengenal, saling bertegur sapa tentunya jika ada orang asing masuk kompleks perumahan dapat segera terdeteksi dan lalu diawasi sehingga kejadian gangguan kriminal tertangkal sedini mungkin. Dengan demikian, warga kompleks perumahan tidak mengandalkan keamanan lingkungannya hanya pada petugas satpam.

Melalui silaturohim, warga perumahan dapat saling bersosialisasi dan berbagi tentang berbagai hal dan pengalaman, misalnya  ada warga yang paham tentang tata cara berkoperasi , maka dari hasil kumpul-kumpul terbentuklah sebuah koperasi yang sangat bermanfaat.  Bagi yang ahli hidroponik dapat menularkan ilmunya, karena bercocok tanam dengan cara hidroponik menjadi pilihan yang tepat diterapkan di kompleks perumahan mengingat keterbatasan lahan. Jika tiap RT di lingkungan RW 13, masing-masing penghuni rumahnya menanam tanaman sayuran hidroponik yang berbeda jenisnya, dijamin suatu saat tukang sayur langganan tidak akan lewat lagi di perumahan Dharmais karena tidak ada yang beli alias tidak laku.

Pengurus RW tidak bosan-bosannya mengajak para warga untuk memanfaatkan maksimal TPS 3 R (Reduse, Reuse, Recycle). Sistem pengolahan sampah yang mampu membuat barang sisa tak berguna menjadi sangat bermanfaat. Sampah yang telah dipilah dan diolah sedemikian rupa melalui sistem 3 R dapat digunakan sebagai pupuk dan biogas. Tentang biogas ini, TPS 3 R kita telah mampu menghasilkan meski masih terbatas kapasitasnya yaitu hanya cukup untuk memasak indomie, menjerang air dan menyalakan lampu petromax. Tidak mustahil, TPS 3 R ini akan mampu menghasilkan biogas yang cukup untuk menyuplai kebutuhan warga RW 13 , tentunya dengan dukungan penuh dari seluruh warga yaitu dengan cara memilah sampah an organik dan organik sebelum diangkut ke gerobak sampah serta aktif dalam bank sampah.

Dengan segala potensi yang dimiliki RW 13, rasanya visi RW 13 “ MENUJU LINGKUNGAN : RUKUN, AMAN, NYAMAN, KREATIF DAN RELIGIUS serta menjadi RW Mandiri dapat segera terwujud. Insya Allah.

Kamis, 24 Desember 2015

Kesaksian ASTRONOT WANITA JADI MU'ALAF

Sunita Williams, seorang wanita India pertama yang pergi ke bulan pada tanggal 9-07-2011. 
Kembalinya dari Bulan langsung masuk dan memeluk Agama Islam.
Dia berkata : ''Dari Bulan seluruh Bumi kelihatan hitam dan gelap kecuali dua tempat yang terang dan bercahaya.
Ketika aku lihat dengan Teleskop, ternyata tempat itu adalah Mekkah dan Madinah. Di Bulan semua frekuensi suara tidak berfungsi, Tapi aku masih mendengar suara Adzan.''
Prof Lawrence E Yoseph : Sungguh kita telah berhutang besar kepada umat Islam, dalam Encyclopedia Americana menulis : "...Sekiranya orang-orang Islam berhenti melaksanakan thawaf ataupun shalat di muka bumi ini, niscaya akan terhentilah perputaran bumi kita ini, karena rotasi dari super konduktor yang berpusat di Hajar Aswad, tidak lagi memencarkan gelombang elektromagnetik .
Menurut hasil penelitian dari 15 Universitas : Menunjukkan Hajar Aswad adalah batu meteor yang mempunyai kadar logam yang sangat tinggi, yaitu 23.000 kali dari baja yang ada !!
Beberapa astronot yang mengangkasa melihat suatu sinar yang teramat terang mememancar dari bumi, dan setelah diteliti ternyata bersumber dari Bait Allah atau Ka'bah.
Super konduktor itu adalah Hajar Aswad, yang berfungsi bagai mikrofon yang sedang siaran dan jaraknya mencapai ribuan mil jangkauan siarannya.
Prof Lawrence E Yoseph - Fl Whiple menulis : "...Sungguh kita berhutang besar kepada orang Islam, shalat, tawaf dan tepat waktu menjaga super konduktor itu..."
Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi.
Radiasi yang berada di sekitar ka’bah ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’bah di planet Bumi dengan Ka’bah di alam.
Di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu area yang bernama ‘Zero Magnetism Area’,
artinya adalah apabila kita mengeluarkan kompas di area tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub.
Itulah sebabnya jika seseorang tinggal di Mekah, maka ia akan hidup lebih lama, lebih sehat, dan tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan gravitasi.
Sebab itu lah ketika kitìa mengelilingi Ka’Bah, maka seakan- akan diri kita di-charged ulang oleh suatu energi misterius dan ini adalah fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah.

Makkah juga merupakan pusat bumi.
Makkah adalah Pusat dari lapisan-lapisan langit Ada beberapa ayat dan hadits nabawi yang menyiratkan fakta ini.
Allah berfirman : ‘Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.’ (ar-Rahman:33).
Menurut riwayat Ibnu Abbas dan Abdullah bin Amr bin As, dahulu Hajar Aswad tidak hanya berwarna putih tetapi juga memancarkan sinar yang berkilauan.
Sekiranya Allah subhanahu wata'ala tidak memadamkan kilauannya, tidak seorang manusia pun yang sanggup mamandangnya.
Dalam penelitian lainnya, mereka mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air.
Di sebuah musium di negara Inggris, ada tiga buah potongan batu tersebut ( dari Ka’Bah ) dan pihak musium juga mengatakan bahwa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem tatasurya kita.
Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda : Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam.
Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Illaha illallah, Allahu Akbar
Betapa bergetar hati kita melihat dahsyatnya gerakan thawaf haji dan Umroh. Ini adalah jawaban fitnah dan tuduhan jahiliyah yang tak didasari ilmu pengetahuan ;
yaitu mengapa kaum Muslimin shalat ke arah kiblat dan bahwa umat Islam di anggap menyembah Hajar Aswad. Hanya Allah Yang Maha Kuasa Dan Segala-Galanya.
Subhanallah ..

Rabu, 02 Desember 2015

Artikel Sejarah Singkat IPB


Bogor memiliki perguruan tinggi bergengsi, yaitu IPB (Institut Pertanian Bogor). Di artikel ini akan disajikan sejarah singkat IPB.
Pada tahun 1939 di Hindia Belanda (kini bernama Indonesia) belum ada lembaga pendidikan setingkat fakultas atau universitas. Dr. Abdul Rivai, tamatan Dokterdjawaschool tahun 1985, ia adalah orang indonesia yang pertama memperoleh gelar Doctor in de Medicijinen, Chirurgie en Verloskunde dari Universiteit Gent, Belgia tahun 1908. Abdul Rivai berjuang keras untuk memperjuangkan pendirian perguruan tinggi di Indonesia.

Lembaga pendidikan pertama di Indonesia adalah Sekolah Tinggi Teknik (Technische Hoogeschool) yang didirikan pada tahun 1920, kemudian Sekolah Tinggi Kehakiman (Rechstshoogeschool) pada tahun 1924, Sekolah Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hoogeschool) pada tahun 1927 dan terakhir Sekolah Tinggi Pertanian (Landbouwhoogeschool) pada tahun 1941. Setelah itu pada tanggal 16 September 1940, Prof. Dr. R.A. Hoesein Djajadiningrat, Pejabat Direktur Departemen Pengajaran dan Keagamaan menulis surat kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk mengusulkan pembentukan komisi untuk mempersiapkan pendirian Fakultas Pertanian.


Pada saat itu kota Bogor dianggap tempat paling tepat sebagai lokasi berdirinya sekolah tinggi pertanian. Mengingat Bogor terdapat banyak laboratorium, lembaga pertanian dan ahli - ahli atau peneliti ilmiah. Kondisi ini diyakini akan menjaga kesinambungan penelitian dan pendidikan. Ketentuan suatu universitas yaitu harus memiliki lima fakultas. Sebenarnya pada tanggal 1 September 1941 sudah terpenuhi, tetapi sayangnya belum sempat universitas itu berdiri, Jepang datang dan menguasai tanah Hindia Belanda (Indonesia). Beberapa minggu setelah Republik Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya, Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia (BPTRI) yang terdiri dari Perguruan Tinggi Kedokteran, Perguruan Tinggi Hukum dan Sastra dibuka di Jakarta.

Ketika Belanda kembali mendarat ke Indonesia, pada tanggal 21 Januari 1946 universitas darurat yang dikenal dengan nama Nood-universiteit didirikan di Jakarta. Universitas ini terdiri dari lima fakultas yaitu Kedokteran, Hukum, Sastra dan Filsafat, Teknik dan Pertanian. Pada tahun 1947 Nood-universiteit berganti nama menjadi Universiteit van Indonesie. Tahun 1949, semua instansi milik pemerintah Belanda di Indonesia (kecuali di Irian Jaya pada saat itu), termasuk Universiteit van Indonesie, diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia Serikat.



Pada tanggal 27 April 1952, Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno) melakukan peletakan batu pertama yang menandai berdirinya Fakultas Pertanian Universitas Indonesia. Dalam peletakan batu pertama tersebut Ir. Soekarno berpesan agar pertanian ditangani secara serius. Pidato beliau sangat cetar membahana yaitu '' Pertanian adalah soal hidup dan mati''. Karena pertanian adalah nyawa bangsa. Jika sektor pertanian di Indonesia terganggu maka bangsa ini akan hancur. Nah, untuk itu menjadi penting untuk mengembalikan pertanian sebagai tulang punggung ekonomi bangsa ini.



Berdasarkan amanat ini pula, pada 1 September 1963 melalui keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan No.92/1963 yang kemudian disahkan Presiden RI pertama, Ir. Soekarno, Fakultas pertanian yang tadinya bernaung di bawah Universitas Indonesia, kemudian berpisah dan berdiri sendiri menjadi Institut Pertanian Bogor (IPB). Tidak berapa lama setelah IPB berdiri, di era tahun 1963-1965, IPB membidani lahirnya Bimbingan Massal (Bimas). Bimas berhasil mengantarkan Indonesia mencapai Swasembada pangan pada tahun 1968. Di era tahun 70-an, Kampus IPB melahirkan BAPPEDA (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah) untuk semua kabupaten di Indonesia.



Sumber: http://www.fresh.my.id/2014/03/sejarah-singkat-berdirinya-ipb_10.html

Artikel Mengenang Atang Sendjaja

Hasil gambar untuk sejarah atang sanjaya
Pergantian nama PAU Semplak menjadi PAU Atang Sendjaja tidak lepas dari suatu penghormatan warga AURI kepada prajurit-prajuritnya yang telah berjasa dalam pengembangan organisasi AURI, dalam hal ini adalah Letkol Udara (Anumerta) Atang Sendjaja. Nama salah satu prajurit kebanggaan AURI itu mencuat menjadi terkenal pada pertengahan tahun 1966, tepatnya pada tanggal 29 Juli 1966, di mana namanya terukir menjadi nama PAU, Atang Sendjaja menggantikan PAU Semplak.

Atang Sendjaja merupakan salah satu teknisi handal yang pernah dimiliki AURI waktu itu. Dedikasinya bagi kemajuan AURI patut dibanggakan oleh generasi AURI saat ini. Dalam riwayat hidupnya yang dikeluarkan Dinas Administrasi Personel TNI AU (Disminpersau), pemuda kelahiran Bandung pada tanggal 17 Maret 1928 itu menamatkan Sekolah Lanjutan Atasnya pada tahun 1951. Pada tahun yang sama Atang Sendjaja mengikuti sekolah penerbang. Dua tahun setelah pendidikan ini (1953) almarhum juga mengikuti Sekolah Perwira Perbekalan, serta pernah menjadi siswa Sekolah Ilmu Siasat (SIS) pada tahun 1955. Atang Sendjaja memulai karir militernya pada tanggal 1 Januari 1955. Pada saat itu almarhum diangkat sebagai Letnan Muda Udara (LMU) Satu (masih calon perwira), dan bertugas sebagai anggota Direktorat Pembekalan Personil (DITKALPERS) MBAU di Jakarta. Dua tahun bertugas di Ditkalpers dan setelah berhasil naik pangkat setinggkat lebih tinggi menjadi Letnan Udara Dua (1 JANUARI 1957), maka pada tanggal 1 Juli 1957 Atang Sendjaja berkumpul kembali dengan lingkungan tanah kelahirannya. Tanggal bulan dan tahun itu Atang Sendjaja ditugaskan sebagai perwira pertama (Pama) di gudang tempat penyimpana (GTP) PAU Husein Sastranegara (kini menjadi Gudang Penyimpanan Pusat (GPP II). GTP/GPP II merupakan gudang yang diperuntukkan untuk menyimpan pesawat Hercules dan helikopter berikut dengan spare parts-nya.

Dua tahun setelah kenaikan pangkat ini, pangkat Letnan Udara Satu (LU I) disandangnya pada tanggal 1 Januari 1959. Dua setengah tahun setelah menjadi LU I tepatnya tanggal 12 Januari 1961. Setelah mengikuti kursus ‘Advanced Operations & Maintenance Course’ di Rusia, pimpinan AURI mempercaya pemuda Bandung itu untuk ikut sebagai anggota misi AURI ke Moskow (Rusia) bersama prajurit AURI lainnya dalam rangka menyelesaikan kelanjutan (follow up) persetujuan RI-Rusia selama tiga bulan.

Tepat awal tanggal 1 Januari 1963, Atang Sendjaja juga pernah bertugas sebagai perwira anggota Departemen Angkatan Udara Administrasi Hukum Markas Besar Angkatan Udara (Depau Adkum MBAU). Karir berikutnya yang pernah disandang putra M.O. Sastrapradja itu, adalah pernah menjabat sebagai Komandan Departemen Materiil (Dan Dep Mat) 091 Tanjung Priok. Berbagai prestasi telah dipersembahkan putra bangsa ini antara lain : penyiapan perakitan berbagai pesawat helikopter termasuk helikopter Mi-6. Ketika beliau bertugas merakit pesawat Mi-6 tersebut malapetaka datang kepada pemuda Bandung itu yang mengakibatkan gugurnya Atang Sendjaja.

Tentang Meninggalnya Atang Sendjaja

Ada banyak cerita tentang penyebab kematian Atang Sendjaja. Ada yang mengatakan akibat kecelakaan dan ada pula yang mengatakan meninggal dalam tugas operasi Dwikora.

Ada beberapa data antara lain dari kliping berita ‘Warta Antara’, naskah tulisan ‘Perkembangan pesawat & Kesatuan Helikopter TNI AU 1945 - 1985’ dan lembaran tulisan sejarah Subdisjarah Diswatpersau.

Dalam berita ‘Warta Antara’ tanggal 30 Juli 1965 yang dikutip dari Press Release Pusat Penerangan AURI menyebutkan bahwa, “Pada hari Rabu 28 Djuli malam telah meninggal dunia Kepala Depot Materiil 091 Tandjung Priok sedang mendjalankan tugasnja”. Pada berita setahun setelah itu yaitu tanggal 29 Juli 1966, Warta Antara dalam beritanya yang berjudul, ‘UNTUK PERINGATAN DJASA2 ALMARHUM LETKOL. U.D. ATANG SENDJAJA : Sekitar penggantian nama PAU Semplak’ menyebutkan bahwa “Deputy Operasi Menteri/ Pangau Laksamana Muda Udara Sri Bimo Ariotedjo menjatakan, bahwa penggantian nama Pangkalan Angkatan Udara Semplak mendjadi P.A.U. ‘Atang Sendjaja’ adalah untuk memperingati djasa2 dan darma bhakti dari Letkol. Ud. Atang Sendjaja jang gugur dalam melaksanakan tugas Dwikora dimana almarhum telah memiliki andil jang besar sekali dalam memperkembangkan squadron helikopter AURI”, demikian kutipan tersebut. Agar lebih meyakinkan lagi penulis menuliskan secara rinci berita pers yang dimaksud.

KEPALA DEPOT MATERIIL TANDJUNG PRIOK LETNAN KOLONEL (POST) ATANG SENDJAJA MENINGGAL DUNIA DALAM MENUNAIKAN TUGASNJA

Djakarta, 30/7 (Antara)

Pada hari Rabu 28 Djuli malam telah meninggal dunia Kepala Depot Materiil 091 (AURI) Tandjung Priok Letnan Kolonel Udara (post) Atang Sendjaja tatkala dia sedang mendjalankan tugasnja. Djenazahnja telah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan “Kalibata” dengan suatu upatjara militer pada Kamis sore. Hadir dalam upatjara tersebut Deputy Menteri/ Panglima Angkatan Udara Urusan Logistik Komodor Udara A. Andoko jang bertindak selaku Inspektur Upatjara, teman2 almarhum dari Uni Sovyet, wakil2 ketiga Angkatan lainnja, para keluarga dan para pedjabat AURI.

Dalam kata sambutannja Komodor Udara A. Andoko menjatakan bahwa wafatnya almarhum Letkol. Udara (post) Atang Sendjaja kebetulan dalam suasana AURI berhari “Bhakti”. Djasa2 almarhum akan tetap dikenang setiap hari “Bhakti AURI” sebagai seorang pahlawan revolusi.

Perlu diketahui bahwa almarhum wafat dengan meninggalkan isteri dan lima puteranja, demikian Pusat Penerangan AURI.

(4-RO3-12-TO1-KR04)

Berita setahun kemudian (29 Djuli 1966)

UNTUK PERINGATAN DJASA2 ALMARHUM LETKOL.UD. ATANG SENDJAJA.

Sekitar penggantian nama PAU Semplak

Djakarta, 29/7 (Antara).

Deputy Operasi Menteri/ Pangau Laksamana Muda Ud. Sri Bimo Ariotedjo menjatakan, bahwa penggantian nama Pangkalan Angkatan Udara Semplak menjadi P.A.U. “Atang Sendjaja” adalah untuk memperingati djasa2 dan darma bhakti dari Letkol. Ud. Atang Sendjaja dan upatjara Hari Bhakti AURI, Djumat pagi di Semplak Bogor.

Mengenai Hari Bhakti AURI dikatakan, bahwa semula dinamakan Hari berkabung jang diambil dari gugurnya pelopor AURI Laksaman Udara Adisutjipto dan Laksamana Dr. Abduracman Saleh pada tgl. 29 Djuli 1947 di Jogjakarta ketika revolusi phisik melawan pendjajah Belanda. Penamaan Hari Berkabung ini sampai tahun 1961 dan baru sedjak tahun 1962 dinamakan Hari Bhakti, karena penamaan hari berkabung bersifat emosionil dan sentimental, demikian Laksaman Muda Sri Bimo Ariotedjo.

Upatjara dihadiri oleh Menteri Perhubungan Komodor Ud Sutopo, Komandan P.A.U “Atang Sndjaja” Letkol Ud Hamsana serta perwira2 AURI.

(DO6/81/21).

Sementara naskah tulisan ‘Perkembangan Pesawat & Kesatuan Helikopter TNI AU’, menyebutkan bahwa “Dalam rangka perakitan Mi-6, AURI telah kehilangan seorang pionir , yaitu Kapten Udara Atang Sendjaja”.

Sedangkan lembaran sejarah Subdijarah Diswatpersau menyebutkan penyebab meninggalnya Atang Sendjaja lebih rinci lagi. Dalam lembaran tersebut disebutkan bahwa penyebab meninggalnnya Atang Sendajaja terjadi karena ekor pesawat Mi-6 yang sedang diangkut dari Tanjug Priok menuju Halim Perdanakusuma tersangkut kabel listrik bertegangan tinggi. Aliran tersebut mengenai tubuh Atang Sendjaja, mengakibatkan tubuh beliau hangus dan gugur.

Berdasarkan beberapa keterangan yang berbeda itu, kita tidak dapat begitu saja menyimpulkan kejadian yang sesungguhnya. Tetapi yang jelas Atang Sendjaja adalah salah satu pionir AURI yang cukup dibanggakan.

Dimakamkan Di TMP Nasional Kalibata

Mantan Tentara Pelajar Brigade XVII Detasemen IV itu, dimakamkan dalam suatu upacara militer di TMP Kalibata. Jenazah suami almarhumah Nji Raden Omie Sukemi ini bersemayam dengan tenang di lokasi pemakaman Blok E no.76, berdampingan dengan makam mantan wakil presiden Adam Malik, Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani, Letjen TNI (Anumerta) Suprapto, dan para pahlawan lainnya.

Salah seorang Pegawai Departemen Sosial yang berkeberatan disebutkan namanya, mengatakan bahwa sesuai Keputusan Presiden RI telah ditetapkan 10 Pahlawan Revolusi, yang tujuh diantaranya gugur di Jakarta akibat tragedi Gerakan Tiga Puluh September 1965 (G 30 S/PKI).

Blok E di TMPN Kalibata tersebut diisi jenazah para Pahlawan yang beragama Islam, sedangkan yang beragam Kristen seperti misalnya Mayjen TNI (Anumerta) DI. Panjaitan di makamkam di Blok lainnya di TMPN Kalibata.

Musibah yang menimpa Atang Sendjaja sangat memukul perasaan warga AURI. Banyak pelayat yang turut menghantarkan kepergian Atang Sendjaja ketempat peristirahatannya yang terakhir di TMP Nasional Kalibata, Jakarta Selatan. Tidak hanya itu dari kalangan militer, masyarakatpun turut menyaksikan kepergian “Putra AURI” yang dibanggakan itu.

Sumber: http://tni-au.mil.id/kotama/dari-semplak-menjadi-atang-senjaya