Selasa, 23 Februari 2016

RW 13
DULU, SEKARANG DAN YANG AKAN DATANG
Oleh: Naryono (RT 01)


Enam belas tahun lalu saat akad kredit rumah berlokasi di Desa Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, yaitu Perumahan Bumi Kencana Asri (belakangan dikenal dengan nama Perumahan Dharmais), yang terpikir saat itu adalah punya rumah dengan harga terjangkau, berkualitas dan mempunyai akses kereta sebagai sarana transportasi paling murah dan mudah menuju ke tempat kerja. Akses kereta api menjadi pertimbangan penting, mengingat jarak yang cukup jauh antara tempat  kerja yang di Jakarta dengan rumah di Bogor.

Kira-kira enam bulan setelahnya, rumah idaman tersebut telah kami tempati meskipun aliran listrik belum ada. Untuk memenuhi kebutuhan listrik, para penghuni meminta tolong penduduk setempat  agar mau berbagi stroomnya dengan bayaran sesuai kesepakatan. Nah, tentang berbagi stroom ini ada cerita menarik, karena yang butuh stroom lebih dari satu rumah, maka pemilik stroom mem-paralel-kan alirannya menggunakan seutas kabel, tiap-tiap rumah dijatah 100 watt. Jika ada sepuluh rumah yang minta dialiri stroom, maka jumlah total kebutuhan stroom sebanyak 1.000 watt. Rupanya pemilik stroom tidak menyadari kuota listriknya yang hanya 900 watt, jika pada malam hari sepuluh rumah plus satu rumah pemilik stroom serentak menyalakan lampu dan televisinya, seketika itu pula terjadi pemadaman massal pada sebelas rumah. Akhirnya si pemilik stroom memotong quota listrik menjadi 50 watt per rumah. Energi sebesar itu hanya cukup untuk menyalakan 3 buah lampu. Jadilah perumahan Dharmais saat itu perumahan yang remang-remang  namun romantis dan mengingat perumahan dihuni oleh mayoritas keluarga muda yang masih kuat dan bersemangat, hal itu tidak menjadi masalah malah menambah gairah. Terbukti saat ini lingkungan perumahan banyak sekali anak-anak.

Seiring berjalannya waktu, dari tahun ke tahun perkembangan lingkungan internal maupun eksternal perumahan semakin pesat. Lingkungan sekitar perumahan yang tadinya banyak kebun jambu, kebun singkong dan sawah,  sekarang berubah menjadi rumah dan toko (saya kadang khawatir, sebentar lagi kita akan impor jambu biji dan singkong dari Bangkok). Memang, lingkungan perumahan jadi ramai, banyak toko dan kios, mau nyari apa saja ada dan dekat. Tengah malam perut lapar, tinggal ngegas motor ke warung nasi uduk mpok  Ipeh, rokok habis saat ronda malam, bapak-bapak tinggal melangkahkan kakinya ke kios bang Haris yang buka 24 jam. Dulu waktu tahun pertama tinggal, rokok habis harus nyari ke Cilebut, itupun gak boleh lebih dari jam 19.00, selewatnya tanggung sendiri kalau gak bisa pulang, karena takut harus melalui pemakaman umum yang di tikungan itu. Jika dulu orang telat pulang karena harus nyari / nunggu barengan (biar ada temannya kalau pas lewat kuburan), sekarang orang telat pulang karena kebanyakan barengan alias jalanan Cilebut sudah macet  tingkat dewa.

Di lingkungan perumahan,  pelan tapi pasti fasilitas sosial dan fasiltas umumnya  saat ini bisa dikata sangat memadai. Fasos fasum untuk kesehatan jasmani dan rohani tersedia lengkap, fasos fasum untuk balita sampai manula juga ada, fasos fasum persiapan menuju kubur sampai tanah kuburanpun ada. Bahkan fasum yang tidak dipunyai komplek perumahan mewah sekalipun -mewah beneran bukan mepet sawah-, yaitu TPS 3 R kita sudah punya . Tinggal bagaimana kita sekarang menjaga dan memelihara keseluruhan fasos fasum tersebut agar tetap pada harkatnya hingga anak cucu kita dapat turut menikmati.

Namun, lengkapnya fasos fasum di lingkungan Perumahan Dharmais, tidak akan ada artinya jika masing-masing warga tidak saling menjaga hati, saling menghargai, saling menghormati dan saling bersilaturahim dalam rangka menjaga suasana perumahan yang nyaman dan sejuk. Sarana untuk bersilaturohim antar warga secara rutin telah difasilitasi oleh pengurus RT maupun RW, baik yang formal (rapat-rapat RT RW) maupun non formal berupa kelompok-kelompok pengajian, ronda malam dan lain sebagainya. Jalinan erat tali silatorahim antar warga dapat diyakini sebagai salah satu solusi masalah kemananan lingkungan perumahan. Jika tiap-tiap warga saling mengenal, saling bertegur sapa tentunya jika ada orang asing masuk kompleks perumahan dapat segera terdeteksi dan lalu diawasi sehingga kejadian gangguan kriminal tertangkal sedini mungkin. Dengan demikian, warga kompleks perumahan tidak mengandalkan keamanan lingkungannya hanya pada petugas satpam.

Melalui silaturohim, warga perumahan dapat saling bersosialisasi dan berbagi tentang berbagai hal dan pengalaman, misalnya  ada warga yang paham tentang tata cara berkoperasi , maka dari hasil kumpul-kumpul terbentuklah sebuah koperasi yang sangat bermanfaat.  Bagi yang ahli hidroponik dapat menularkan ilmunya, karena bercocok tanam dengan cara hidroponik menjadi pilihan yang tepat diterapkan di kompleks perumahan mengingat keterbatasan lahan. Jika tiap RT di lingkungan RW 13, masing-masing penghuni rumahnya menanam tanaman sayuran hidroponik yang berbeda jenisnya, dijamin suatu saat tukang sayur langganan tidak akan lewat lagi di perumahan Dharmais karena tidak ada yang beli alias tidak laku.

Pengurus RW tidak bosan-bosannya mengajak para warga untuk memanfaatkan maksimal TPS 3 R (Reduse, Reuse, Recycle). Sistem pengolahan sampah yang mampu membuat barang sisa tak berguna menjadi sangat bermanfaat. Sampah yang telah dipilah dan diolah sedemikian rupa melalui sistem 3 R dapat digunakan sebagai pupuk dan biogas. Tentang biogas ini, TPS 3 R kita telah mampu menghasilkan meski masih terbatas kapasitasnya yaitu hanya cukup untuk memasak indomie, menjerang air dan menyalakan lampu petromax. Tidak mustahil, TPS 3 R ini akan mampu menghasilkan biogas yang cukup untuk menyuplai kebutuhan warga RW 13 , tentunya dengan dukungan penuh dari seluruh warga yaitu dengan cara memilah sampah an organik dan organik sebelum diangkut ke gerobak sampah serta aktif dalam bank sampah.

Dengan segala potensi yang dimiliki RW 13, rasanya visi RW 13 “ MENUJU LINGKUNGAN : RUKUN, AMAN, NYAMAN, KREATIF DAN RELIGIUS serta menjadi RW Mandiri dapat segera terwujud. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar